Nama dan nasabnya
Nama beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam, An-Nawawi, Ad-Dimasyqi, Asy-Syafi’i, dijuluki dengan Muhyiddin (artinya; penghidup agama) meskipun beliau sendiri tidak menyukai julukan itu dan berkun-yah Abu Zakariya. Beliau disebut An-Nawawi karena dinisbatkan kepada tempat kelahirannya yaitu Nawa; sebuah kota kecil di dekat kota Damaskus. Ayah beliau Syaraf, adalah seorang syaikh yang zuhud dan wara’.
Kelahiran dan Wafatnya
An-Nawawi dilahirkan pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 676 H.
Kesungguhan beliau dalam belajar
Beliau belajar di madrasah Ar-Rawahiyah Damaskus mengikuti saran guru pertamanya yaitu Syaikh Al-Farkah. Beliau menceritakan, “Berlalu waktu 2 tahun (aku belajar di sana) dan aku tidak pernah meletakkan kedua lambungku di atas tanah.” Maksudnya beliau senantiasa belajar siang dan malam, tidak tidur kecuali karena tertidur. Beliau senantiasa menjaga waktunya dengan mengikuti pelajaran, mencatat, menelaah, atau mengunjungi guru-gurunya. Di awal masa belajarnya dalam sehari beliau mengikuti 12 pelajaran bersama guru-gurunya. Dikisahkan pula bahwa beliau tidak makan dalam sehari semalam kecuali hanya sekali. Beliau tidak minum kecuali di waktu sahur saja. Beliau termasuk ulama yang tidak menikah selama hidupnya.
Beliau memiliki pesan emas bagi para penuntut ilmu, “Ketahuilah, apa-apa yang kami sebutkan terkait dengan keutamaan menimba ilmu, sesungguhnya itu semua hanya diperuntukkan bagi orang yang mempelajarinya karena menginginkan wajah Allah ta’ala (ikhlas), bukan karena motivasi duniawi. Barangsiapa yang belajar karena dorongan dunia seperti; harta, kepemimpinan, jabatan, kedudukan, popularitas, atau supaya orang-orang cenderung kepadanya, atau untuk mengalahkan lawan debat dan tujuan semacamnya maka hal itu adalah tercela.” (Muqadimah Syarh Al-Muhadzdzab)
Karya-karyanya
Di antara karya beliau adalah :
1. Syarah Sahih Muslim [9 jilid], kitab ini termasuk karya terakhir beliau
2. Raudhatu Thalibin wa Umdatul Muftin [12 jilid] di bidang fiqih
3. Riyadhush Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin
4. Al-Adzkar dalam bidang dzikir
5. Arba’in An-Nawawiyah yang ada di hadapan kita sekarang ini
6. Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab di bidang fiqih, baru terselesaikan 9 jilid, kemudian diteruskan oleh As-Subki sebanyak 3 jilid, kemudian dilengkapi oleh Sayyid Muhammad Najib Al-Muthi’i
Pujian para ulama kepadanya
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan tentangnya, “Beliau adalah syaikhul madzhab (maksudnya guru besar dalam madzhab Syafi’i) dan ahli fikih besar di masanya.” Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan tentangnya, “Beliau adalah ahli fatwa umat ini, syaikhul islam, seorang Hafizh (penghafal hadits) yang cemerlang, salah seorang imam besar dan pemimpin para wali.”
Diringkas dari Muqadimah Tahqiq Syarh Muslim, hal. 62-103. Muhaqqiq Abu Abdurrahman Adil bin Sa’d, cet. Dar Ibnu Al-Haitsam